Jumat, 22 Desember 2017



PERANAN MATEMATIKA TERHADAP SIKAP (PENILAIAN) ANAK


Selama ini masih banyak orang yang menganggap bahwa matematika tidaklah lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka yang bikin pusing siswa. Pendidikan formal di sekolah yang dimulai dari jenjang TK, SD, SMP sampai SMA memiliki kurikulum yang memuat pelajaran dan materi, dan salah satunya adalah Matematika. Sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sukar dan menakutkan, sehingga menjadi momok bagi siswa. Hal tersebut sebenarnya bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya. Matematika dijadikan tolok ukur kelulusan siswa (SMP dan SMA) melalui diujikannya matematika dalam ujian nasional dan diajarkan di semua jenjang pendidikan dan jurusan.
Permasalahan belum diterimanya matematika dengan sukarela atau senang hati oleh siswa menjadi pekerjaan atau tugas khusus bagi guru sebagai pendidik khususnya guru matematika.Hal ini dapat diminimalisisr dengan memberikan wawasan dan arahan serta pendekatah yang tepat kepada siswa. Khususnya tentang penggunaan atau aplikasi matematika dalam bidang ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari. Secara sengaja atau tidak sengaja maupun langsung atau tidak langsung, masyarakat atau siswa menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Soal-soal matematika yang ditulis dalam beberapa buku paket matematika sekolah tidak hanya berupa bilangan (hitung-hitungan) langsung tapi juga banyak yang berupa soal cerita. Tingkatan soal juga tidak hanya menuntut cara berpikir yang rutin tetapi banyak juga soal-soal cerita yang menuntut cara berpikir yang tidak rutin. Saat ini mulai banyak metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah tidak hanya sekedar ceramah sehingga pengetahuan matematika tidak berpusat pada guru saja tetapi siswa juga dituntut untuk membangun suatu konsep. Soal matematika yang disajikan dalam soal cerita (tidak hanya bilangan) dan metode pembelajarannya dapat memberikan makna tertentu.
Pendidikan matematika mengandung nilai yang antara lain dibawa oleh ciri-ciri atau karakteristik dari matematika itu sendiri (Soedjadi, 2007:75).
Tulisan ini ingin mengkaitkan matematika dengan pendidikan nilai (sikap) pada anak. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar diperoleh pemahaman bahwa matematika juga mempunyai peran penting dalam pendidikan nilai pada anak, khususnya matematika sekolah dasar, tidak sekedar hitung-hitungan saja.
Menurut John Dewey, pendidikan diartikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain. Anak ingin dicintai, ingin diakui dan dihargai. Berkeinginan pula untuk diperhitungkan dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. (Kartono, 1996). Periode/masa pada anak terbagi dalam beberapa interval umur tertentu. Salah satu masa tersebut adalah masa sekolah dasar yang berusia 6-12 tahun. Pada masa ini emosionalitas anak jadi makin berkurang, sedang unsur intelek dan akal budi (rasio, pikir) jadi semakin menonjol. Minat yang obyektif terhadap dunia sekitar menjadi semakin besar. Perasaan intelektual anak pada masa ini sangat besar. Teka teki silang, soal matematika dan perhitungan yang pelik-pelik (terutama kalau hasilnya berupa angka-angka yang utuh) merupakan daya tarik besar untuk dipecahkan oleh anak; baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. (Kartono, 1996 )
Semua ini membangunkan kemauan belajar dan menstimulir ketekunan usaha dan aktivitas anak. Lanjut Kartono, disiplin sekolah dan kewibawaan para guru memberikan kegairahan pada situasi bekerja dan usaha belajar anak. Pada umumnya, pada masa ini anak senang pergi ke sekolah. Ia merasa suka dan “betah kerasan” tinggal di sekolah. Tidak jarang anak merasa terpesona dan terikat hatinya pada gurunya.
Nilai kita rasakan dalam diri masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip, yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai yang menjadi sesuatu yang abstrak dapat dilihat dari tiga realitas : pola tingkah, pola berpikir dan sikap-sikap.(Kaswadi, 1993). Nilai adalah daya pendorong dalam hidup yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang.
Pendidikan nilai ialah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pendidikan nilai tidak harus merupakan satu program atau pelajaran khusus, seperti pelajaran matematika, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan. Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, ketrampilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya : kepribadian, etika moral dan lain-lain yang semuanya dapat disebut pendidikan nilai.
KONTRIBUSI MATEMATIKA BAGI PENDIDIKAN NILAI (SIKAP) ANAK
Orang tua dapat membantu anak-anaknya mengembangkan diri mereka sendiri suatu nilai yang paling dasar, yang bisa diberikan dalam membantu anak menyelesaikan soal matematika, seperti beberapa soal matematika berikut ini yang dikutip dari buku paket Matematika Sekolah Dasar kelas 1, 2 dan 3 (Handoko,2006) :
1. Pak Fernandes mempunyai 5 dus mi. Ada 5 tetangganya yang fakir miskin kemudian mi tersebut seluruhnya dibagikan. Coba berapa sisa mi yang dimiliki pak Fernandes? (Handoko (1), 2006 : 49)
2. Ratna dan Linda akan menyumbangkan majalah bekas ke perpustakaan sekolah. Majalah milik Ratna sebanyak 65 dan majalah Linda sebanyak 75. Berapa jumlah majalah yang akan disumbangkan Ratna dan Linda? (Handoko (2), 2006 : 51)
3. Untuk membantu korban bencana alam, siswa kelas 1 dan kelas 2 mengumpulkan mi. Mi yang terkumpul dari kelas 1 sebanyak 125, dari kelas 2 sebanyak 80 dan yang rusak sebanyak 9. Berapa mi yang tidak rusak? (Handoko (2), 2006 : 67)
4. Sebanyak 50 baju akan dibagikan kepada 10 anak yatim. Jika tiap anak mendapat bagian yang sama, berapa banyak baju yang didapat tiap anak? (Handoko (3), 2006 : 34)
Dari soal di atas, orang tua dapat menerangkan nilai-nilai yang disampaikan dalam soal tersebut di samping membantu anak menyelesaikannya. Nilai yang bisa ditangkap dari soal tersebut adalah nilai ‘suka memberi’ dan berbagi baik kepada teman, saudara, tetangga maupun fakir miskin dan anak yatim.
Beberapa soal matematika yang lain tentang pengukuran waktu seperti dikutip dalam buku kelas 2 SD (Supardjo,2006 : 82), buku kelas 4 SD (Handoko (4), 2006) dan buku kelas 5 SD (Handoko (5),2006) sebagai berikut :
1. Sekolah masuk pukul berapa? Pukul 9 pagi kamu di mana?
Apakah kamu berada di sekolah pukul 9 pagi ?
2. Pukul 5 pagi, apakah kamu sudah bangun? Pukul berapa kamu mulai tidur ?
3. Pukul 6 pagi, apakah kamu sudah makan pagi ?
4. Cobalah mencatat lamanya aktivitas penting yang kamu lakukan dalam satu hari, kemudian jumlahkan berapa lama waktu yang dibutuhkan. (Handoko (5),2006:65).
Soal di atas, yang dalam buku paket Matematika SD tersebut juga menyertakan gambar jam, dapat memunculkan nilai kedisiplinan mengatur waktu dan tanggung jawab pada diri sendiri.
Juga terdapat soal tentang bagaimana anak dapat mengatur uang dengan baik, bertanggung jawab terhadap uang yang diberikan orang tua dan menabung agar dapat membeli barang yang diinginkan.
Menurut Suwarsono (Susilo, 1996:13) matematika juga mengandung nilai-nilai (value) yang sangat berguna untuk pembentukan sikap dan kepribadian yang lengkap (utuh). Pembentukan sikap disiplin, sikap teliti, sikap kritis, sikap sabar, sikap hati-hati dan sebagainya, bisa dikembangkan melalui matematika. Di masa yang akan datang, sikap semacam ini semakin dibutuhkan karena semakin banyaknya masalah yang melingkupi manusia, dan semakin banyaknya orang yang terkena oleh masalah-masalah tersebut.
Tujuan pembelajaran matematika sekolah (khususnya SD) adalah agar siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, memiliki ketrampilan matematika untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki pandangan yang cukup luas, memiliki sikap logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika (Karso, 2006).
Seorang pakar pendidikan matematika, Soedjadi (dalam Zulkardi,2000) mengatakan pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan agar siswa dapat memecahkan soal dan menerapkan matematika tetapi juga dapat menumbuhkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1. kemampuan menerapkan dan menggunakan matematika dalam bidang lain
2. kemampuan berpikir analisis dan sintesis
3. kemampuan membedakan yang benar dan salah dengan alasan logis
4. kemampuan kerja keras, konsentrasi dan mandiri
5. kemampuan memecahkan masalah
Secara tidak langsung, kemampuan tersebut memberikan kontribusi bagi pendidikan nilai anak seperti dapat membedakan mana yang salah dan benar, kerja keras, mandiri dan sebagainya.
Meskipun matematika sering dianggap sebagai salah satu mata pelajaran sulit bagi anak maupun orang tua, tetapi dari soal-soal matematika khususnya soal cerita, orang tua dapat membantu menyampaikan nilai yang muncul dari soal tersebut di samping membantu anak menyelesaikan soal tersebut. Yaitu nilai membantu teman, saudara tetangga, mengatur waktu, mengatur uang dan kreatif.



Pengaruh Matematika

Mengapa Harus Belajar Matematika?

Pasti kamu pernah bertanya, kenapa sih kita harus belajar matematika? dari mulai kita kecil, SD, SMP, SMA, bahkan kuliah pun matematika seolah-olah menjadi mata pelajaran yang wajib. Bahkan saat ujian nasional pun matematika termasuk mata pelajaran yang diujikan.
kadang malah kita berpikir apa ya manfaatnya belajar matematika?
Apakah ada hubungan belajar matematika dalam kehidupan nyata?
Trus belajar integral, differensial, aljabar linier, fungsi kompleks apakah memberikan pengaruh bagi kehidupan kita?
buat yang penasaran, intip nih beberapa manfaat yang kamu dapet kalo belajar matematika
  1. cara berpikir matematika itu sistematis, melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu. dengan belajar matematika, otak kita terbiasa untuk memecahkan masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata, kita bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah
  2. cara berpikir matematika itu secara deduktif. Kesimpulan di tarik dari hal-hal yang bersifat umum. bukan dari hal-hal yang bersifat khusus. sehingga kita menjadi terhindar dengan cara berpikir menarik kesimpulan secara “kebetulan”. Misalnya kita tidak bisa menyatakan kalo “kita tidak boleh lewat jalan A pada hari sabtu, karena jalan tersebut meminta tumbal tiap hari sabtu” hanya karena ada beberapa orang yang kebetulan kecelakaan dan meninggal di jalan tersebut pada hari sabtu. Kita seharusnya berpikit bahwa orang yang meninggal di jalan tersebut pada hari sabtu bukan karena tumbal. tapi harus dianalisa lagi apakah karena orang tersebut tidak hati-hati, ataukah jalan yang sudaha agak rusak, atau sebab lain yang lebih rasional.
  3. belajar matematika melatih kita menjadi manusia yang lebih teliti, cermat, dan tidak ceroboh dalam bertindak. Bukankah begitu? coba saja. masih ingatkah teman-teman saat mengerjakan soal-soal matematika? kita harus memperhatikan benar-benar berapa angkanya, berapa digit nol dibelakang koma, bagaimana grafiknya, bagaimana dengan titik potongnya dan lain sebaganya. jika kita tidak cermat dalam memasukkan angka, melihat grafik atau melakukan perhitungan, tentunya bisa menyebabkan akibat yang fatal. jawaban soal yang kita peroleh menjadi salah dan kadang berbeda jauh  dengan jawaban yang sebenarnya.
  4. belajar matematika juga mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam menghadapi semua hal dalam hidup ini. saat kita mengerjakan soal dalam matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus bersabar dan tidak cepat putus asa. jika ada lamgkah yang salah, coba untuk diteliti lagi dari awal. jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada perhitungan yang salah. namun, jika kemudian kita bisa mengerjakan soal tersebut, ingatkah bagaimana rasanya? rasa puas dan bangga.( tentunya jika dikerjakan sendiri, buakn hasil contekan,. he.he.he). begitulah hidup. kesabaran akan berbuah hasil yang teramat manis.
  5. yang tidak kalah pentingnya, sebenarnya banyak koq penerapan matematika dalam kehidupan nyata. tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan rugi, masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di dunia ini pasti menyentuh yang namanya matematika.
Maka sering kali kita mendengar bahwa matematika itu sulit, padahal kesulitan itu bisa diatasi apabila didukung dengan banyaknya latihan dirumah, mungkin bukan hanya matematika saja yang perlu latihan di rumah pada pelajaran lain pun sama. Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep bahwa “Kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar. Menurutnya kecerdasan emosional adalah “Kemampuan merasakan, memahami dan secara eefktif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi”.
Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, karena emosi memancing tindakan seorang terhadap apa yang dihadapinya.
Pembelajaran matematika merupakan pengembangan pikiran yang rasional bagaimana kita dapat mereflesikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi hasil belajar matematik.

Matematika dalam pengembangan SDM.

Secara umum, matematika juga berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Secara lebih umum, untuk mengoptimalkan SDM perlu adanya manajemen sumber daya manusia. Setelah disadari bahwa sumber daya manusia perlu dikaji faktor apa saja dari sumber daya manusia tersebut yang perlu ditingkatkan. Dalam model awal pada kajian di tersebut, karakter yang memegang peran pada SDM diprioritaskan antara lain: cerdas (c), tenggap/responsif (r), cermat/teliti (l) dan taat SOP/disiplin (d). Nampak bahwa karakter sumber daya manusia, misalnya teliti, akan berhubungan dengan cerdas, taat melakukan prosedur perhitungan, dengan diulang-ulang sebanyak iterasi tertentu, tergantung dari proses penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Hal ini menunjukkan bahwa di antara factor-faktor yang ada pada sumber daya manusia masih saling berpengaruh antar yang satu dengan yang lain. Jika pengaruh ini signifikan maka ada kemungkinan model yang dipakai bukan lagi linier. Jadi, bisa disimpulkan bahwa model pengembangan sumber daya manusia dapat berbentuk regresi linier berganda yang akan ditentukan oleh koefisien dari masing-masing faktor yang berupa karakter yang bersangkutan. Makin banyak jenis data yang terkumpul akan diperoleh model yang semakin halus, iterasi yang lebih tinggi.
Dari sisi pelajar, pemahaman tentang manfaat matematika dalam kehidupan sangat berperan penting. Ada pepatah “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Artinya dalam proses belajar khususnya belajar matematika, siswa harus mengenal dulu apa itu matematika ? bagaimana proses matematika ? untuk apa itu matematika ?. Motivasi tersebut harus diberikan sehingga minat atau kemauan siswa untuk mempelajari matematika muncul, sehingga pada proses belajarnya mereka akan fokus dan dapat menerima dengan baik materi yang dipelajari.
Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik kognitif, afektif, dan kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika.
Ada beberapa karakteristik matematika, antara lain :
  1. Objek yang dipelajari abstrak.
Sebagian besar yang dipelajari dalam matematika adalah angka atau bilangan yang secara nyata tidak ada atau merupakan hasil pemikiran otak manusia.
  1. 2. Kebenaranya berdasarkan logika.
Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran secara logika bukan empiris. Artinya kebenarannya tidak dapat dibuktikan melalui ekserimen seperti dalam ilmu fisika atau biologi. Contohnya nilai √-2 tidak dapat dibuktikan dengan kalkulator, tetapi secara logika ada jawabannya sehingga bilangan tersebut dinamakan bilangan imajiner (khayal).
  1. Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu.
Pemberian atau penyajian materi matematika disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan dilakukan secara terus-menerus. Artinya dalam mempelajari matematika harus secara berulang melalui latihan-latihan soal.
  1. 4. Ada keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya.
Materi yang akan dipelajari harus memenuhi atau menguasai materi sebelumnya. Contohnya ketika akan mempelajari tentang volume atau isi suatu bangun ruang maka harus menguasai tentang materi luas dan keliling bidang datar.
  1. Menggunakan bahasa simbol.
Dalam matematika penyampaian materi menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati dan dipahami secara umum. Misalnya penjumlahan menggunakan simbol “+” sehingga tidak terjadi dualisme jawaban.
  1. 6. Diaplikasikan dibidang ilmu lain.
Materi matematika banyak digunakan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu lain. Misalnya materi fungsi digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mempelajari fungsi permintan dan fungsi penawaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka matematika merupakan suatu ilmu yang penting dalam kehidupan bahkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini yang harus ditekankan kepada siswa sebelum mempelajari matematika dan dipahami oleh guru.

Logika sebagai matematika murni
Logika termasuk matematika murni karna matematika adalah logika yang tersistematika. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik).
Selain materi himpunan, ada Pembelajaran Matematika realistik yang membantu biar matematika jadi lebih akrab dengan kehidupan.
Materi matematika tentang Himpunan misalnya. Dengan mempelajari Himpunan, diharapkan kemampuan logika akan semakin terasah. Sebaliknya, untuk mempelajari Himpunan secara tidak langsung akan memacu kita agar kita mampu berpikir secara logis.

Logis
Logika seperti apa yang perlu kita asah? berpikir logis yang bagaimana yang di kehidupan kita?
Logika sendiri berasal dari kata Yunani kuno logos yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika juga sering disebut dengan logike episteme atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Dalam hidup, logika memiliki peran penting. Karena logika berkaitan dengan akal pikir. Banyak kegunaan logika antara lain:
  1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara    rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren
  2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan     objektif
  3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
  4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
  5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan
  6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
Jadi logika matematika membantu agar matematika jadi lebih akrab dengan kehidupan.


Peran Matematika

 
1              Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah

adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan meliputi : menggunakan algoritma, melakukan manipulasi secara matematika, mengorganisasikan data, memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya, mengenal dan menemukan pola, menarik kesimpulan,  membuat kalimat atau model matematika, membuat interpretasi bangun geometri, memahami pengukuran dan satuanya, serta menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.

Peran Matematika dalam Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

            Matematika merupakan raja sekaligus pelayan bagi ilmu-ilmu lainnya. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini tidak terlepas dari adanya campur tangan matematika. Sebagai contoh adalah penggunaan logika matematika sebagai dasar bahasa pemrograman, struktur data, kecerdasan buatan, sistem digital, basis data, teori komputasi, rekayasa perangkat lunak, jaringan saraf tiruan dan lainnya yang mempergunakan logika secara intensif. Selain itu, ada pula penggunaan lain dari matematika terhadap perkembangan TIK, yaitu penggunaan algoritma untuk menghemat ukuran file serta dalam pemrograman komputer, penggunan segitiga pascal dalam program turbo pascal, dan lain sebagainya. Masih banyak lagi sumbangan matematika dalam perkembangan TIK yang merupakan dasar ilmu computer.

Peranan matematika Dalam Menumbuhkan Karakter Siswa

       Saat ini pendidikan nasional tengah menggalakkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara. Melalui pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah juga terdapat budaya karakter bangsa yang dapat terbentuk dalam diri setiap manusia (peserta didik) yang mempelajarinya.

Dalam proses pembelajaran, guru matematika dapat mengelola pembelajaran matematika yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, misalnya sikap jujur, rasa ingin tahu, kreatif, inovatif, ulet, tekun, percaya diri, pantang menyerah, bertanggung jawab, dan teguh dalam pendirian. Untuk itu, prasyarat yang harus dimiliki seorang guru matematika tentu adalah penerapan nilai-nilai itu terlebih dahulu dan pola sikap, pola tutur, dan pola tingkah laku ‘sang guru’ sendiri. Ini artinya, guru perlu menjadi teladan terlebih dahulu bagi peserta didiknya.

Selain untuk berhitung..kegunaan matematika itu sangat penting,terutama bagi mereka yang ingin mengembangkan ilmunya dalam bidang ekonomi dan bisnis..Pesatnya perkembangan ilmu ekonomi dan bsnis pada saat ini,untuk pemecahan masalahnya dapat di lakukan dengan metode kuantitatif, maka salah satu alat yg di gunakan dalam mengembangkan ilmu ekonomi tersebut adalah Matematika.





Penerapan Matematika Aljabar dalam Kehidupan Sehari-hari Bagi Ibu Rumah Tangga

Berbicara tentang Matematika tak akan pernah terlepas dari kehidupan. Karena hampir dalam setiap aktivitas sehari-hari entah disadari atau tidak kita pasti menggunakan Matematika. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Oleh karena itu, Matematika menjadi salah satu pelajaran terpenting yang harus dikuasai oleh setiap orang yang ingin meraih sukses dalam kehidupannya. Dalam keahlian bermatematika kita dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah dengan benar, sekaligus kita diberi kebebasan untuk menjawab dengan berbagai cara asalkan jawabannya benar dan dengan cara yang benar. Seperti kata pepatah, “Banyak jalan menuju Roma”. Namun, jika caranya salah atau salah dalam menuliskan satu angka saja hasil akhirnya juga salah. Disini kita diminta untuk jujur dalam menyelesaikan masalah yang ada dengan cara yang benar dan teliti. Karena jika kita menjawab soal matematika dengan tidak jujur, maka hasilnya? Dapat diprediksi sendiri ya… Nah, dalam belajar Matematika juga dapat belajar tentang nilai kejujuran…

Selain itu, banyak sekali manfaat dari aplikasi Matematika dalam kehidupan sehari-hari baik diterapkan dalam bidang ilmu lainnya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan Ada pepatah mengatakan “Siapa yang menguasai matematika dan bahasa maka ia akan menguasai dunia”. Matematika sebagai media melatih untuk berpikir kritis, inovatif, kreatif, mandiri dan mampu menyelesaikan masalah sedangkan bahasa sebagai media menyampaikan ide-ide dan gagasan serta yang ada dalam pikiran manusia. Jelas sekali bahwa Matematika sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat menghindar dari Matematika sekalipun kita mengambil jurusan ilmu sosial tetap saja ada pelajaran Matematika di dalamnya karena mau tidak mau matematika digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Salah satunya penerapan Aljabar dalam kehidupan sehari-hari.

Membahas mengenai manfaat Aljabar dalam kehidupan sehari-hari, mengingatkan kita yang mungkin sebagai guru atau orang tua saat ada pertanyaan yang terlontar dari anak dengan wajah polosnya. “Apa manfaat Aljabar dalam kehidupan kita sehari-hari?” Mereka belum tahu betapa pentingnya Aljabar yang merupakan dasar dari segala ilmu Matematika. Mungkin saat belajar Matematika di Sekolah Dasar kelas 1 atau 2 kita akan diberi soal seperti ini, “2 + Berapa? = 5”, bukankah itu serupa dengan “2 + x = 5, berapakah nilai x?” Setelah kita hitung maka akan menemukan jawabannya, yaitu 3. Selanjutnya, manfaat belajar Aljabar untuk kehidupan kita sehari-hari akan dikupas sebagai berikut.

Penerapan Aljabar bagi Ibu Rumah Tangga

Manfaat aplikasi Aljabar bagi Ibu Rumah Tangga adalah untuk memanajemen uang gaji, uang saku anak, uang sekolah anak, dll. Contoh memanajemen uang bagi Ibu Rumah Tangga adalah sebagai berikut:

Seorang Ibu setiap bulan mendapat gaji sebesar Rp 2.000.000,00. Ia diberi uang tambahan dari suaminya sebesar Rp 4.000.000,00 per bulan. Dibutuhkan Rp 1.000.000,00 untuk uang belanja per bulan. Uang kesehatan Rp 500.000,00 dan uang sekolah total dari ke-2 anaknya sebesar Rp 3.000.000,00. Sang Ibu bingung, berapa uang saku perorangan yang harus ia berikan untuk kedua anaknya tiap minggu tetapi uang per bulannya harus masih tersisa Rp 1.000.000,00 untuk ditabung. Jika Ibu itu pintar Aljabar maka Ibu itu dapat menentukan uang saku tersebut secara tepat, tapi jika tidak? Hemm… silakan dibayangkan sendiri sesuai imajinasi masing-masing ya…
Cara mengerjakan menggunakan Aljabar:
Kita anggap uang saku setiap anak per minggu sebagai x
(2.000.000 + 4.000.000) – 1.000.000 = 1.000.000 + 500.000 + 3.000.000 + (4 X 2x)
6.000.000 – 1.000.000 = 4.500.000 + (8x)
5.000.000 = 4.500.000 + 8x
5.000.000 – 4.500.000 = 8x
500.000 = 8x
x = 500.000/8
x = 62.500
{Mengapa (4 X 2x) karena 1 bulan = 4 minggu dan 2x itu adalah uang saku 2 orang anak}.
Jadi, uang saku setiap anak dalam waktu seminggu adalah Rp 62.500,00. 
Dengan matematika dan sistem Aljabar, cukup simple kan?
terimakasih